Jumat, 19 April 2013

krisis


Satu jam waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng amarah dan kebencian melalui penggorengan diferensiasi sifat dan budaya yang melekat secara personal , . .
Dibolak balik sang koki yang terlihat amat mahir menentukan proses sikap sikap laknat terbentuk ,sejenak ia sirami dengan paksaan berlandaskan kebodohan , . .
sedkit dibumbui dengan resep turun temurun yang terlihat sulit untuk ditandingi ,menghasilkan kepalsuan senyum para konsumen yang terbentuk mengatasnamakan kepentingan golongan dan berdiri diatas nama demokrasi iblis . . .
dan ia duduk menikmati pemandangan yang dihasilkan oleh kesenjangan perbedaan perseorangan ,sembari meneguk perlahan secangkir konflik , . .
terasa nikmat memang apalagi itu adalah hasil dari fermentasi kebencian kebencian akan sikap para elit organisasi yang hanya bisa mengeruk hasil dari dosa besar bernama votting . . .
lalu dimana seorang keadilan yang mengkreasikan menu dari resep resep lain untuk menghindari kejenuhan kontinyu para konsumen ?
dimana hak konsumen muka masam yang terkadang jatahnya diembat oleh konsumen senyum palsu ?
mungkin saja agar warung tradisi ini terus berjalan tanpa mengalami goncangan berarti hal hal picik seperti itu yang sepantasnya dilakukan ,mungkin , . .
lalu kemanakah kesalahan mampu ditudingkan jika para konsumen senyum palsu mulai menyadari kejenuhan yang ada ? kepalsuan dari senyum yang mereka ukir sendiri itu ?
apa yang harus diperbuat ? sudah terlintaskah di fikiran anda ?
 layaknya minyak goreng yang semakin pekat terpakai ,sudah sepantasnya minyak itu diganti dengan minyak yang baru bukan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar