Selasa, 26 Februari 2013

entah


Akar akar dari kebudayaan yang terlanjur memasungku ,mengurung kebebasanku dalam kandang penuh duri  .
Untuk menjadi beda ,entah karna khayalan dan mimpi indah mulai menawarkan aku kebutaan ,hingga tak tampak lagi batasan antara emosi dan obsesi .
Hingga saat ini bentuk kecil dalam tulang dada mulai suka untuk melontarkan kata kata kasar ,serapah laknat  yang mencoba lukiskan amarah  yang tersimpan .
Namun seketika keadaan mulai berganti latar ,saat itu lah perasaan bersalah muncul bersama keraguan yang datang hampir selalu bersamaan  mencoba mendobrak benteng benteng rusuk  penuh kebencian dan kesombongan ,melahirkan iri ,putus asa dan ketidak pedulian terhadap sekitarnya .
Aku tak bisa menyalahkan  narator atas ini ,atau sang penulis yang selayaknya angin ,ia merupakan bentuk yang terlalu kuat untuk bisa kumanipulasi sendiri ,aku hanya tokoh ,seorang tokoh .
Aku mati suri dalam  semangat tanpa realisasi nyata ,aku tergelincir jatuh tenggelam dalam keruhnya lumpur angan buaian  ,
aku lemah ,
aku lemah ,
aku masih lemah !

Senin, 11 Februari 2013

“Gerombolan Pria yang Keluar dari Pekarangan Masjid”

Pulang ,tak lagi menghiraukan sandal sandal yang tertukar dan tergesa berjalan melalui rel rel keangkuhan .
Seperti nasib nasib para putranya yang terbiasa iri melirik tajam  ayah teman temanya yang  dengan mesra menggandeng putranya datang ke masjid .
Dengan gaya anak kecil terkadang wajah ayah ayah mereka terasa berubah ,seperti sedang menjulurkan lidahnya keluar dan menertawakan putra lainnya yang pergi ke masjid tak berayah ini .
Tangisan deras dalam hati , bagai air terjun niagara  menciptakan kemarahan tak beralas ,menenggelamkan seluruh perasaanya dalam kebencian . 
Terbalut senyum simpul manis didepan para khalayak ,faktor terbesar yang menambahkan kebencian yang telah terlanjur melekat dalam benak bawah sadar anak itu  .
Palu besi terangkat dari tempat peristirahatannya ,terbangun sang palu terbawa oleh amarah yang bergolak dan kebencian yang memuncak ,ketika sang ayah yang  melontarkan cacian ,menu wajib setiap sore hari saat beliau pulang dari pekerjaannya  .
Darah mengalir iringi sirine yang datang ,tangis berseru iringi borgol pak polisi .
Setan tertawa satu rencana liciknya terlaksana ,dimulai dengan kesombongan ,tercampur dengan kebencian ,dan amarah .dan kembali pergi saat azan maghrib mulai menyongsong dan mengiringi tubuh beku jasad pertama yang terkulai .
Sang rasa memberikan tugas pada penyesalan untuk mengisi penuh hati pria  bermata kosong dipojok bui ,ditemani si putus asa ,mereka memberi sakit yang teramat pada pria itu  .
Dan tanpa daya pada akhir yang kelam jasad kedua tergolek tersimbah darah segar yang mengalir ,menyebar ,deras ,dan beku .


“Dikala Magrib Menjelang”

Dengan terlapisi debu jalanan berterbangan dari fuso fuso yang melintas di depan rumah tanpa pagar . 

Saat para laki laki gagah berkata kepada putranya dengan kata “bodoh” yang mereka ucapkan dengan lantang ,tanpa dosa ,terfikirkan secepat cahaya melintas membantunya keluar melalui rahang rahang kaku mereka .   

 Entah apa yang mereka fikirkan saat ALLAH SWT telah memanggil mereka secara resmi dengan kumandang yang indah itu . 

Mereka tak beranjak ,tak berubah ,masih sama saat senja mulai muncul tadi ,berkutat dengan amarah karna kebodohan yang  mereka ciptakan sendiri . 

Dengan ribuan cercaan pada putra putra mereka yang tak dapat menjadi apa yang mereka inginkan ,tanpa perduli derasnya kemarahan yang tercipta dalam kalbu bibit bibit bangsa itu . 

Bukankah ALLAH SWT menciptakan kata bebas ,diantara beribu kata lainnya ?

Bukankah etika diciptakan ketika jahiliyah mulai muncul dan terperangi ?

Bukankah kasih sayang itu ada ?

Maghrib ,
Dikala maghrib ,
Yang telah terbungkus erat oleh kebanggaan atas dosa .